Mengenali Eksotika Bukit Jupi


Pepohonan di kawasan hutan bukit jupi
Bukit Jupi yang berada di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu ini merupakan kawasan  hutan konservasi yang dilindungi. Selain menjadi jantung kota kepahiang, bukit jupi juga menyimpan berbagai kekayaan flora dan faunanya. Seperti Harimau Sumatera dan bunga langka Raflesia Arnoldhi, bunga bangkai Amorphophallus Titanium atau yang sering disebut bunga kibut oleh masyarakat setempat serta berbagai jenis anggrek.

Seperti yang kita ketahui, tinggi bukit jupi mencapai 865 meter dari atas permukaan laut. Sedangkan untuk luasnya, bukit jupi memeiliki hutan yang biasa disebut dengan hutan bukit daun tersebut mencapai 7.829 ha dari total kawasan hutan di Kabupaten Kepahiang yang mencapai 18.106,31 ha. Untuk itu, tidak sedikit anak muda yang menjadikan bukit jupi ini sebagai sasaran arena pendakian.
Untuk menjaga kelestarian hutan tersebut, di dalam kehidupan masyarakat sekitar berkembang cerita mitos yang diyakini oleh sebagian besar penduduk Kota Kepahiang. Hal tersebut mungkin sengaja dilakukan guna mengantisipasi pengrusakan hutan.
Konon, bukit jupi menyimpan berbagai misteri di dalamnya. Seperti meriam kuno yang tertanam di badan bukit dan  keberadaanya masih dipertanyakan. Namun, pada kenyataanya, cerita mistis tersebut terus diwariskan dari awal mula sekelompok masyarakat yang berkoloni pertama kali di dusun tersebut hingga sekarang.
Hal tersebut dibenarkan oleh Nawawi (55), warga asli Dusun Dalam Tebat Monok (Dusun Dalam, Red) bahwa orang-orang beruntunglah yang dapat menemui meriam yang berada di bukit jupi tersebut. Dan masyarakat meyakini jika suatu saat meriam tersebut akan meledak. Dan tidak tanggung-tanggung ledakan tersebut mampu menghancurkan Kota Kepahiang seketika.

Nawawi
“Kalau sengaja dicari, meriam tersebut tidak akan ketemu. Dan tidak jarang pula orang yang tersesat akhirnya menemukan meriam tersebut,” ujar Nawawi.
Selain meriam, Nawawi yang berprofesi sebagai Lurah Pasar Ujung Kepahiang Bengkulu, yang memiliki hobi pikat burung dan menyelam ini mengatakan masih banyak hal gaib atau mistis lainya yang kerap dijumpai masyarakat perihal bukit jupi tersebut secara tidak sengaja.
“Percaya tidak percaya, dulu pernah ada sesosok mayat terbang dari bukit jupi ke Desa Tebat Monok,” sampainya.
Hal tersebut bisa saja terjadi, mengingat Desa Tebat Monok dahulunya adalah koloni suku rejang yang memiliki banyak orang sakti.
Disamping memiliki banyak misteri, bukit jupi memiliki pesona alam yang eksotik. Pohon kayu yang tertata apik membuat kekaguman tersendiri. Dan membuat kita berpikir, siapakah dahulunya orang yang menanam pohon kayu hingga sedemikian rupa.

Komunitas Peduli Puspa Langka di Hutan Meranti Seratus
Menurut Nawawi, pohon kayu yang terdapat di hutan bukit daun yang mengelilingi Bukit Jupi sengaja ditanam oleh nenek moyang kita atas instruksi bangsa Belanda. Hutan ditanami batang pohon meranti dan cemara. Karena menurut Nawawi, pada zaman itu perhitungan akan adanya kehidupan manusia dengan keseimbangan alam sudah cukup luar biasa. Buktinya, hingga saat ini kita merasakan manfaatnya. Bahwa, bertanam pohon akan menjauhkan kita dari bencana alam. ketika struktur hutan mulai dijamah tangan tak bertanggung jawab hingga mengakibatkan kerusakan, maka bencana seperti erosi akan terus mengancam.
Jika kita lihat dari jarak dekat keaslian alam bukit jupi sungguh eksotik. Gemerisik angin dari pohon cemara akan langsung terdengar ketika memasuki hutan. Setelah melewati pohon cemara, kita akan disuguhkan dengan sejuknya pepohonan meranti yang jumlah penanamanya kurang lebih seratus batang. Hal itulah yang menjadi asal penamaan kawasan tersebut menjadi hutan meranti seratus. Menariknya, setelah meranti seratus kita akan bertemu kembali dengan pohon cemara yang mampu membuat suasana tenang ketika berada di tengah hutan belantara.

Sebagai generasi penerus, tentu sangat penting menanamkan kesadaran memiliki alam  yang tinggi. Karena, siapa lagi yang akan menyelamatkan hutan agar kita sendiri terselamatkan dari berbagai bentuk bencana seperti longsor, banjir, bahkan serangan binatang buas.


0 comments:

Post a Comment