Ngesol Selop |
Ngesol selop juga merupakan tradisi yang seiring melajunya waktu hampir tidak bisa ditemui lagi keberadaanya. Dahulu, tahun 90an ngesol selop dan semir sepatu menjadi trend tersendiri di kalangan masyarakat, khusunya daerah tumpah darah saya Kabupaten Kepahiang ini.
Kepahiang yang kecil namun meriah bagi saya, karena masa kanak-kanak kecamatan kepahiang begitu serupa orang tua yang memanjakan anak-anaknya tanpa kepentingan apapun yang sifatnya menyeramkan. Saya pun tumbuh untuk mencintai setiap kenangan yang terkadang masih pilu untuk dikenang. Bahkan sekedar senyum yang mengambang.
Selain untuk menjual jasa di emperan toko, sol sepatu telah menjadi perabotan yang sepertinya wajib dimiliki oleh semua orang (tua) dirumah. ketika sendal atau selop dalam keadaan darurat, mereka tidak serta merta membuangnya dan menggantinya dengan yang baru. mereka berusaha menjahit sendiri sendal atau sepatu yang rusak. Dan langkah terakhir ya pergi ke pasar mencari tukang sol selop dan sepatu.
Begitulah cara orang tua dahulu menghargai miliknya yang didapatkan dengan tidak mudah. Atau, itu juga merupakan salah satu cara untuk berhemat.
Begitu juga dengan semir sepatu, bapak-bapak kantoran yang sering nongkrog di tempat jajanan saat istirahat selalu membagikan rezekinya kepada anak-anak yang membantu orang tua mencari nafkah dengan menyemir sepatu sebelum dan sepulang sekolah. Hal itu juga menjadi sebuah tradisi keramahan, memperlancar retorika, dan belajar berinteraksi sosial di masyarakat dengan berbekal etika berbicara dan kerja yang cekatan.
Namun sayang, tukang semir sepatu itu sudah tidak ada di kota ini. mungkin, anak-anak sudah sibuk dengan sekolahnya yang sekarang sangat menyita waktu bermain itu. atau mereka sibuk bermain Play Station, nge-Game, Internetan. karena anak-anak sekarang memang begitu manja dengan segala kenyamanan
0 comments:
Post a Comment